Sabtu, 22 Oktober 2011

TEMPAT WISATA RELIGI DAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI

 DI kabupaten Jepara tepatnya desa Sendang kecamatan Kalinyamatan terdapat makam mantan para Bupati akhir era kerajaan Mataram dan awal masa rezim Hindia Belanda yakni Adipati Tjitrosomo.   Didepan masjid agung Baiturrohman desa Purwogondo terpampang papan nama sebagai petunjuk menuju lokasi makam. Papan itu tertulis: Makam Adipati Tjitrosomo dan Bupati yang pernah bertugas di Jepara tahun 1704-1830. situs bersejarah itu secara resmi tercatat di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di Prambanan (Klaten).

Mengenang Tjitrosomo
Harian ini, pada Oktober 2003 silam pernah mewartakan Tjitrosomo. Adipati Tjitrosomo I adalah bupati yang memimpin kota ukir tahun 1745-1778. Tjitrosomo I bernama Ki Wuragil Djiwosuto: putra Ki Karboso Reksodjiwo, Adipati Gedung Kiwo. Ki Wuragil merupakan pengawal setia dari Sultan Agung Mataram. Sebelum bertugas di kabupaten Jepara, dia pernah menggantikan posisi ayahnya sebagai Adipati di Gedung Kiwo.

Alkisah, pada suatu saat terjadi huru-hara dengan penjajah Belanda. Sosok Ki Wuragil adalah orang yang sanggup memimpin para adipati di pesisir utara Jawa (mulai Probolinggo hingga Tegal) dan berhasil menumpas ontran-ontran (kekacauan) itu. Atas keberhasilannya itulah dia dianugerahi gelar Bupati Prangwadono.

Selanjutnya, ketika bertugas menjadi adipati Jepara dia mendapat julukan baru: Adipati Tjitrosomo. Upah dari tugasnya itu dihargai dengan lahan seribu jung bertempat di desa Sendang (sekitar 500 meter dari kecamatan Kalinyamatan). Di Sendang, Tjitrosomo I mendirikan tempat peribadatan yakni "Masjid Tjitrosomo" yang dibangun abad ke-18. Karena telah mengalami beberapa kali renovasi kecuali mustaka (puncak), nama masjid pun berubah nama menjadi masjid ”An-Nur”.

Kini, kita hanya bisa mengenangnya. Dibelakang Masjid An-Nur, Adipati Tjitrosomo disemayamkan dengan diapit makam kedua istrinya: putri Amangkurat I dan putri Adipati Soejonopoero. Dari kedua istrinya itu, Adipati Tjitrosomo I memiliki 47 anak (14 putra dan 33 putri). Keturunannya tersebar di provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya. Sebagian dari anaknya menjadi adipati termasuk Adipati Tjitrosomo III yang merupakan salah satu putranya.

Selain Tjitrosomo II (yang dimakamkan di desa Bapangan kabupaten Jepara), Adipati Tjitrosomo hingga VII dimakamkan ditempat yang sama. Ayah serta ibunda RA Kartini, Adipati RMAA Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah juga disemayamkan didepan serambi bangunan makam Adipati Tjitrosomo I.


Wisata Religi
Beberapa waktu lalu, penulis menyempatkan berkunjung ke masjid dan makam itu. Kondisinya berbeda dengan masjid dan makam Mantingan (peristirahatan terakhir Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadirin) di desa Mantingan kecamatan Tahunan.

Makam Mantingan saben kamis malam ramai dikunjungi peziarah. Begitu pula saat buka luwur (ganti kelambu), bulan April. Di kawasan Mantingan pun bisa ditemukan beberapa penjual (bunga, makanan serta pakaian) menjajakan dagangannya. Berbeda dengan kawasan peninggalan Adipati Tjitrosomo yang terkesan sepi laiknya warisan masa silam yang jarang dikunjungi.

Hal itulah yang diamini Abdul Qadir, salah seorang juru kunci makam. Menurutnya, makam itu hanya ramai setiap Jumat (Wage) dan saat Suro (Muharram) tiba. Qadir menuturkan, peziarah yang datang tidak seramai di Mantingan. Penduduk Kalinyamatan dan sekitarnya yang berziarah menurut dia bisa dihitung dengan hitungan jari.

Semestinya, makam peninggalan Adipati Tjitrosomo dijadikan salah satu rujukan wisata religi di kabupaten Jepara. Apalagi letaknya bisa dijangkau dari berbagai arah (Kudus, Demak maupun Semarang). Setelah berhenti dipertigaan Purwogondo lalu kurang lebih ditempuh 500 meter ke arah desa Sendang sampailah di tempat tujuan.

Oleh karena itu, pemerintah kabupaten perlu mengagendakan beberapa hal diantaranya menjadikannya salah satu tujuan wisata. Artinya menjadikannya referensi wisata religi di kota ukir. Mudahnya melalui dinas terkait mempromosikan kawasan itu kepada publik. Selain itu, pemkab perlu bekerjasama dengan peneliti sejarah untuk membukukan kepahlawanan Adipati Tjitrosmo. Melalui buku itu nantinya masyarakat menjadi lebih tahu.

Tentu, bukan hanya tugas pemkab saja melainkan warga desa Sendang khususnya dan kecamatan Kalinyamatan pada umumnya dengan perlu nguri-nguri peninggalan beliau. Yakni dengan menggelar berbagai ritual sosial-keagamaan yang akan menjadikan masjid dan makam itu makin ramai.


Bukan hanya wisata religi saja , bahkan di tempat kelahiran ku ini juga terdapat sentra industri konveksi termasuk industri konveksi ku ,hehehe............
murah , bermutu , dan gaul abis style ny ...
terutama model boxer yang sedang di gandrungi anak-anak muda zaman sekarang ini .


,Mari teman-teman datanglah ke tempat tinggal ku ini yang mempenyai wisata religius dan rekreasi !!!
Let's go guys !!!!!!!!!.................    :)

5 komentar:

SENDANG (CINTA ALLAH) mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
@congexcherry_ mengatakan...

Blog yang ✽ϐªªƍ◦° •˚◦υSs ☞ ✽(y) ,
Ima sendang kan??

Unknown mengatakan...

ima keren lo di update terus th,jd pengunjungku juga hya ^_^

Unknown mengatakan...

http://putriyaniagasa.blogspot.com/ kunjungi juga hya masih jelek koq hahaha ^_^

Unknown mengatakan...

Benar, makam2 Adipati Tjitrosomo kurang terawat, Juru kunci makam juga tidak dibekali data lengkap

Posting Komentar